Cerita Kasih Bersama Nenek: Perjalanan Hidupku yang Tak Terlupakan


Foto Bersama Nenek Di Hari Minggu 
Gereja Bala Keselamatan Korps Onohondro 


Pelukan Nenek di Setiap Musim Hidupku

Oleh: Noverson Halawa


Ada satu pelukan yang rasanya tidak tergantikan. Bukan pelukan sahabat, bukan pula dari teman sekolah—melainkan pelukan nenekku sendiri.

Sejak kecil, aku tumbuh bersama nenek. Beliau bukan sekadar orang tua generasi atas, tapi benar-benar menjadi bagian dari inti kehidupanku. Tempatku berlindung, belajar, bercerita, bahkan menangis. Dan hari ini, saat aku sudah beranjak dewasa, aku masih merasakan kehangatan itu sama seperti dulu.


Masa Kecil yang Penuh Pelukan

Aku ingat betul bagaimana aku dulu sering tidur sekamar dan sebantal dengan nenek. Waktu kecil, mungkin itu hal biasa. Tapi sekarang, setelah dewasa, aku menyadari itu bukan hanya soal tempat tidur—itu tentang keamanan dan kasih tanpa syarat.

Setiap malam aku pulang, pintu rumah kakek nenek selalu terbuka. Selalu ada sapaan hangat, makanan hangat, dan nasihat hangat.


Saat Aku Sakit, Nenek Selalu Ada

Setiap kali tubuhku melemah, ada satu sosok yang tidak panik tapi tetap sigap — nenek. Dengan tangannya yang mulai keriput tapi penuh kasih, beliau membantu mengompres, memasak bubur, bahkan membacakan doa.

Aku tahu nenek juga sering sakit. Tapi anehnya, dia selalu lebih memikirkan cucunya daripada dirinya sendiri.


Nasihat dan Makanan: Dua Hal yang Tak Pernah Absen

Setiap kali aku pulang dari sekolah atau tempat pendidikan, tidak pernah aku kembali ke rumah tanpa dua hal: makanan dan nasihat.

Kadang beliau tidak langsung menegur dengan kata-kata keras, tapi cukup dengan kalimat: "Jangan lupa doamu, Nak. Hidup ini pendek, tapi harus berguna."


Kenangan yang Selalu Melekat

Beliau pernah cerita bagaimana dia membesarkan anak-anaknya tanpa bantuan teknologi. Aku belajar bahwa hidup itu tidak harus modern untuk menjadi bermakna. Hidup itu harus jujur, sabar, dan setia — seperti nenekku.


Menjadi Dewasa, Tapi Masih Butuh Pelukan Nenek

Sekarang aku sudah tidak kecil lagi. Tapi setiap pulang, aku masih suka tidur di kamar nenek. Kadang kami tertidur sambil ngobrol. Kadang dalam diam. Tapi semua rasa capek dan beban hidup, perlahan hilang.

Mungkin karena aku tahu, nenek tidak akan selamanya di sini. Tapi selagi beliau masih ada, aku ingin menghargai setiap detik bersamanya.


Penutup: Warisan Kasih Itu Tidak Akan Pernah Hilang

Nenek bukan hanya bagian dari keluarga. Beliau adalah bagian dari sejarah hidupku. Bahkan saat kelak aku menjadi orang tua, aku ingin meneruskan kasih seperti yang aku terima dari nenek: kasih yang tidak bersyarat, tidak ribut, tapi nyata dan dalam.



Posting Komentar

0 Komentar

© 2025 noversonhalawa. All rights reserved.