Hari Minggu, Sapu di Tangan, Hati Melayani
Hari Minggu biasanya jadi hari di mana orang-orang berdandan rapi, datang ke gereja, duduk mendengarkan firman Tuhan, lalu pulang. Tapi buat saya, Minggu ini sedikit berbeda. Saya datang lebih pagi dari biasanya, bukan untuk langsung duduk di bangku gereja, tapi untuk memegang sapu dan membersihkan halaman Gereja Bala Keselamatan Korps Onohondro.
Sendiri, Tapi Tidak Sepi
Matahari sudah tinggi saat saya tiba. Saya pakai seragam Bala Keselamatan saya, dan jujur, cukup gerah rasanya karena cuaca cukup panas. Tapi saya tidak datang untuk dilayani — saya datang untuk melayani. Dengan sapu di tangan dan halaman yang penuh daun kering, saya mulai menyapu perlahan, dari ujung ke ujung.
Tidak ada yang menyuruh. Tidak ada yang menuntut. Saya hanya merasa ini yang harus saya lakukan. Sebagai salah satu anak muda yang terlibat dalam pelayanan, saya percaya: hal kecil pun bisa menjadi bagian dari ibadah kita kepada Tuhan.
Ini Hari Tuhan, Jadi Biarlah Rumah-Nya Rapi dan Siap
Saya percaya, seperti kita bersiap dengan pakaian terbaik untuk kebaktian, gereja pun perlu kita siapkan sebaik mungkin — bukan hanya bangunannya, tapi suasananya. Daun-daun kering, debu, sampah plastik — semua itu saya kumpulkan. Bukan karena saya ingin gereja terlihat bersih di mata manusia, tapi karena saya ingin menghormati Tuhan yang akan disembah di tempat itu.
Kadang orang tidak melihat apa yang kita lakukan sebelum ibadah dimulai. Tapi saya percaya, Tuhan melihat hati yang mau bersih-bersih lebih dulu sebelum memuji-muji-Nya.
Pelayanan Itu Tidak Harus Panggung
Sering kali orang berpikir bahwa melayani Tuhan berarti harus berkhotbah, memimpin pujian, atau memegang mikrofon. Tapi hari ini saya belajar, melayani bisa dilakukan di balik layar. Bisa jadi dengan menyapu halaman. Bisa dengan menata kursi. Bisa dengan menyambut jemaat yang datang.
Dan meskipun mungkin hanya saya sendiri yang menyapu pagi itu, saya tahu: saya tidak sendiri dalam roh. Saya bersama Tuhan, dan Dia tersenyum saat melihat kita rela turun tangan, walau lewat tugas-tugas kecil.
Panas Boleh, Tapi Jangan Mundur
Keringat mulai menetes. Sapu berganti tangan. Tapi hati tetap bersyukur. Karena justru dalam tugas sederhana ini, saya merasa Tuhan dekat. Bukan karena suasana ibadahnya, tapi karena saya sedang melakukan sesuatu dengan kasih dan keikhlasan.
Banyak orang berpikir bahwa kalau pelayanan itu tidak disorot, tidak dilihat orang, maka tidak penting. Tapi justru sebaliknya — pelayanan yang tidak terlihat itu yang kadang paling murni.
Minggu Ini Saya Tidak Cuma Datang, Tapi Juga Memberi
Hari Minggu ini, saya tidak hanya datang ke gereja untuk menerima. Saya datang untuk memberi waktu, tenaga, dan hati. Dan saya pulang bukan cuma dengan pakaian yang berkeringat, tapi juga dengan hati yang penuh sukacita.
Penutup: Melayani Dengan Rendah Hati
Saya tahu saya bukan siapa-siapa. Saya masih muda, masih belajar. Tapi saya mau terus melatih diri untuk melayani bukan karena pujian, tapi karena cinta kepada Tuhan. Kalau hari ini hanya bisa menyapu, maka saya akan lakukan itu dengan sebaik mungkin. Karena yang Tuhan cari bukan seberapa besar pelayanan kita, tapi seberapa besar kerelaan hati kita.


0 Komentar