![]() |
| Perpisahan Bapak Dan Ibu Mayor Hasibuan Anak GPS Korps Teluk Dalam 14 Juni 2025 |
Perpisahan dengan Orang Tua Rohani
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” — 2 Timotius 4:7
Pengantar
Perpisahan adalah hal yang tak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Namun, ada perpisahan yang lebih dalam dan penuh makna — ketika kita harus mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua rohani kita: mereka yang telah membimbing, menguatkan, mendoakan, dan menanamkan nilai-nilai kerajaan surga dalam hidup kita.
Mereka bukan hanya guru atau pemimpin. Mereka adalah penuntun rohani, sahabat iman, dan pelita dalam gelapnya perjalanan spiritual kita.
1. Rasa Kehilangan yang Dalam, Tapi Penuh Syukur
Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa besar kehilangan ketika seorang pembimbing rohani pergi. Air mata itu nyata. Rasa kosong itu hadir. Tapi dalam duka, terselip syukur — karena Tuhan pernah mempertemukan kita dengan pribadi yang begitu berharga dalam hidup ini.
“Bersyukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18)
2. Mereka Telah Memberi Lebih Dari Sekadar Kata
Orang tua rohani memberi bukan hanya nasihat. Mereka memberi waktu, teladan, air mata dalam doa, dan hati yang terbuka untuk memeluk kita di saat dunia menjauh. Mereka mengajarkan bahwa iman bukan hanya teori, tetapi kehidupan sehari-hari.
3. Warisan Rohani yang Tak Ternilai
Mereka mungkin sudah tidak bersama kita, tapi apa yang mereka tinggalkan tidak akan pernah hilang. Doa-doa mereka masih melingkupi kita. Kata-kata penguatan mereka masih terngiang. Semangat mereka masih menyala dalam pelayanan kita hari ini.
“Ingatlah pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu; perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” (Ibrani 13:7)
4. Perpisahan Ini Hanya Sementara
Bagi mereka yang percaya kepada Kristus, kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan kekal. Kita akan bertemu kembali, memuji Tuhan bersama, dan bersukacita dalam kerajaan-Nya.
Ini bukan perpisahan selamanya. Ini hanyalah “sampai jumpa” di tempat yang lebih mulia.
5. Melanjutkan Estafet Iman
Kini, tanggung jawab ada di tangan kita. Bukan untuk menggantikan mereka — karena mereka tak tergantikan — tapi untuk melanjutkan perjuangan iman yang sudah mereka mulai. Mereka sudah menyelesaikan perlombaan. Sekarang giliran kita berlari.
“Sebab kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita.” (Ibrani 12:1)
6. Belajar Dari Kehidupan Mereka
Setiap orang tua rohani memiliki jejak langkah iman. Mungkin mereka bukan orang yang sempurna, tapi mereka hidup setia dalam panggilan-Nya. Belajarlah dari dedikasi mereka, kasih mereka kepada Tuhan, dan semangat mereka dalam melayani.
7. Mengenang Bukan Berarti Terjebak Masa Lalu
Kita diizinkan menangis dan mengenang. Tapi jangan tinggal di sana. Biarlah kenangan itu menjadi bahan bakar untuk maju, bukan beban untuk berhenti. Kehidupan mereka seharusnya menjadi dorongan bagi kita untuk hidup lebih menyala bagi Kristus.
Penutup: Terima Kasih, Bapak dan Ibu Rohani
Terima kasih untuk setiap doa, pelukan, teguran, pelajaran, dan cinta yang tak pernah pamrih. Engkau mungkin sudah tak ada di sini secara fisik, tapi imanmu hidup dalam hati kami. Kami akan terus berjalan, meneruskan warisan yang telah engkau tabur — sampai kita bertemu lagi di rumah Bapa.
Doa:
Tuhan, terima kasih karena Engkau mengirimkan pribadi-pribadi rohani dalam hidup kami. Hari ini kami melepaskan mereka dengan air mata, tapi juga dengan pengharapan. Jadikan hidup kami perpanjangan dari iman mereka. Bantu kami melanjutkan estafet ini sampai akhir. Amin.

0 Komentar